PENGARUH MANGA (KOMIK JEPANG) BAGI MASYARAKAT INDONESIA
1.
LATAR
BELAKANG
Pada zaman ini, pengaruh globalisasi
memberikan berbagai dampak yang cukup signifikan terhadap aspek-aspek yang
berkaitan dengan kehidupan sosial dan budaya. Jika dikaitkan dengan aspek
kebudayaan, pengaruh globalisasi juga dapat dilihat pada perkembangan komik
yang ada di Indonesia, dimana sejak adanya globalisasi memberikan kesempatan
yang lebih lebar bagi komik-komik asing untuk memasarkan komiknya di Indonesia.
2.
ANALISIS
Komik merupakan alat komunikasi massa yang menggabungkan
khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan
masyarakat luas dan juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan budaya suatu
bangsa (Boneff, 1998). Jika merujuk pada definisi komik tersebut menunjukkan
ketidaksesuaian dengan realita yang dialami saat ini, dimana komik karya anak
negeri justru sangat sulit untuk ditemukan dan komik impor terutama yang
berasal dari Jepang seperti Manga justru lebih banyak mendominasi penjualan
komik di Indonesia (Gleichen, 2014). Beberapa negara memiliki istilah tersendiri untuk komik,
misalnya Jepang dengan Manga, Cina dengan Manhua, Korea dengan Manhwa, dan
Indonesia dengan Cergam. Bentuk komik atau cergam bisa strip (sebaris panel)
yang dimuat di koran atau majalah atau dikompilasi dalam satu buku. Sebelum
abad ke-18, jenis komik yang terkenal di negara Eropa lebih mengarah pada
karikatur, dimana karya Thomas Rowlandson, James Gillray dan buku cerita yang
diterbitkan dengan ilustrasi gambar merupakan karya yang berpengaruh pada zaman
itu. Menjelang tahun 2000, pasar komik Eropa didominasi manga yang
mempengaruhi perkembangan komik disana dan menghasilkan perpaduan manga dari
segi cerita dengan gaya visual komik Eropa yang mempunyai istilah La Nouvelle
Manga yang diprakarsai oleh Frederic Boilet. Di Indonesia, dunia perkomikannya pernah mengalami kejayaan
sekitar tahun 1960 hingga 1980-an, namun untuk saat ini cukup sulit bagi
penulis komik Indonesia untuk mengembangkan karya-karyanya. Kepopuleran budaya
asing terutama yang berkaitan dengan Anime dan Manga menimbulkan ketertarikan
masyarakat Indonesia menjadi semakin meningkat terhadap komik-komik Jepang atau
yang biasanya disebut Manga yang dijual di Indonesia dan menjadi kurang
tertarik dengan komik lokal. Dari produk seperti Anime dan Manga inilah produk
budaya popular yang digunakan oleh Jepang untuk menyebarkan budayanya. Bentuk komik dapat berupa buku maupun lembaran gambar singkat
(comic strip). Bentuk gambaran pada komik biasanya memiliki tubuh yang
proporsional dengan pewarnaan blok hitam dan putih saja, tidak ada arsiran atau
degradasi warna. Namun tidak semua komik memiliki pewarnaan blok hitam putih
saja, saat ini sudah ada perubahan dalam pembuatan komik. Efek gradasi dan
penuh warna sudah dapat ditemui pada komik untuk karakter yang proporsional dan
juga cara menggambar yang cenderung di blok. Manga merupakan komik yang di buat di Jepang. Memiliki
ciri-ciri yang menceritakan tentang karakter di luar superhero dan imajinasi
dari pembuatnya. Alur cerita lebih detail dan terkadang memiliki cerita yang
mundur ke belakang sehingga mudah untuk dipahami karena tidak ada cerita yang
terlompati. Bentuk karakter juga tidak selalu proporsional, seperti
contohnya mulut dan hidung yang kecil, mata yang besar, kepala lebih besar dan
selalu ada bagian tubuh tertentu yang dibuat berbeda dan tidak proporsional.
Dari rambut juga ditemukan lebih runcing dan tajam dibandingkan komik. Bentuk
pewarnaan yang selalu hitam putih. Kebudayaan Indonesia lekat dengan cara bertutur menggunakan
sebuah gambar. Narasi visual berupa relief pada dinding candi yang tersebar
diseluruh Indonesia merupakan format storytelling yang memiliki kemiripan
dengan narasi komik di masa kini. Pada relief, karakter digambarkan secara
realis dan merefleksikan kondisi sosial masyarakat saat itu. beberapa relief
juga menggambarkan tentang pemujaan terhadap Raja dan Tuhan dengan berbagai
gaya dan simbolisasi. Komik di Indonesia mulai muncul tahun 1930-an pada zaman
penjajahan. Pada saat itu komik di Indonesia dapat dilihat pada beberapa media
Belanda seperti De Java Bode dan D’orient. Komik yang dibuat oleh Kho Wan Gie
juga telah terbit secara rutin pada surat kabar Sin Po pada tahun 1931. Sejarah pertumbuhan Komik Asli Indonesia dimulai pada awal
Perang Dunia 1, yaitu pada saat dipublikasikannya cerita bergambar karya
Nasroen A.S dengan judul Mentjari Poetri Hijaoe di Harian Ratoe Timoer, Solo,
pada tahun 1939 (Marcel Bonneff). Pada 19 Desember 1948, Harian Kedaulatan
Rakyat, Yogyakarta, memuat sebuah komik karya Abdulsalam yang berjudul Kisah
Pendudukan Jogja. Komik inilah yang tercatat sebagai komik yang telah dibukukan
pertama di Indonesia pada tahun 1952. Namun sayangnya komik Indonesia mulai
tertutup oleh komik-komik buatan Amerika setelah itu.Pada era 60 hingga 70-an mulai muncul komik bertema
persilatan seperti Si Buta dari Gua Hantu, Siluman Serigala Putih, Mahabharata,
Majapahit dan lain sebagainya. Pada saat inilah dapat dibilang merupakan masa
keemasan dunia komik di Indonesia. Komikus Indonesia dapat mengeksplorai
gayanya masing-masing dan terbebas dari kekangan saat memasuki era 90 hingga
2000 karena adanya kebebasan informasi dan teknologi internet di Indonesia yang
sudah menyebar. Sayangnya komikus Indonesia masih belum bisa memanfaatkan
dengan baik keadaan tersebut. Akhirnya pamor komik Indonesia yang meredup,
komik Indonesia harus menghadapi dominasi komik Jepang yang mendunia. Berbagai
karakter dari ciri khas budaya Indonesia diterjemahkan terhadap gaya Manga
Jepang yang popular. Sejak tahun 1990-an, Manga mulai menarik perhatian penggemar
di Indonesia dengan manga seperti Candy Candy, Doraemon, Dragon Ball, Kungfu
Boy dan lain sebagainya. Elex Media Komputindo yang merupakan penerbit terbesar
di Indonesia yang mulai menerbitkan manga sejak tahun 1991. Kepopuleran
manga di Indonesia juga diikuti oleh negara-negara Asia lain seperti
Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Korea. Selain di Asia, manga juga merabah hingga
pasar Amerika Serikat. Dunia komik di Indonesia masih dapat dibilang di kuasai oleh
manga, budaya Jepang tersebut sangat berkembang cepat di berbagai belahan
dunia. Komikus ataupun para remaja di Indonesia dalam hal pembuatan karakter
komik masih terpengaruh oleh gaya manga. Padahal gaya desain karakter komik di
Indonesi sangatlah banyak dan tidak kalah dengan desain luar. Contohnya seperti
Gundala Putra Petir (1969), Kalong (1972), Sembrani (1974), dan lain
sebagainya. Gaya desain tersebut pada zaman itu sudah cukup bagus. Tetapi
seiring dengan perkembangan zaman itu pula yang membuat manga semakin
menyebar luas dan sangat berpengaruh dan laku di berbagai negara di Asia.
Terutama di Indonesia, manga sangatlah berkembang dengan cepat di kalangan
anak-anak maupun orang dewasa.
3.
Kesimpulan
Pada perkembangan komik Indonesia masih kurang dalam
memberikan perhatian.pada desain karakternya. Desain karakter masih identik
dengan terpengaruh oleh gaya Manga ataupun desain luar. Suatu karakter harus
dapat mencakup aspek menyeluruh seperti visual, simbol, psikologis atau lain
sebagainya. Minimnya perhatian terhadap desain karakter komik Indonesia
dipengaruhi oleh produk impor yang memberi pengaruh luar biasa tinggi salah
satunya adalah manga yang tidak hanya berpengaruh terhadap para pembaca
melainkan kepada kreator komik di Indonesia. Desain komik di Indonesia saat ini
masih banyak sekali ditemukan tema-tema lokal yang didominasi dalam gaya Manga.
Oleh sebab itu gaya desain karakter komik Indonesia-pun kebanyakan lebih
menonjol terhadap gaya desain manga .Oleh karena itu seharusnya komikus ataupun remaja di
Indonesia harus bisa melestarikan
kebudayaan yang ada di Indonesia, karena budaya di Indonesia yang beraneka
ragam masih sangat patut dibanggakan. Lestarikan budaya Indonesia yang beraneka
ragam.
Komentar
Posting Komentar